1.
PENGANTAR
A.
PENGERTIAN PSIKOTERAPI
Dilihat
secara etimologis psikoterapi mempunyai arti sederhana, yakni “psyche” yang
artinya jelas yaitu “mind” atau sederhananya: jiwa dan “therapy” mengasuh,
sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah “perawatan terhadap aspek
kejiwaan” seseorang.
Pengertian
psikoterapi menurut beberapa tokoh:,
- Corsini
(1989) Psikoterapi adalah proses formal dari interaksi antara dua pihak,
setiap pihak biasanya terdiri dari satu oran, tetapi ada kemungkinan
terdiri dari dua orang atau lebih pada setiap pihak, dengan tujuan
memperbaiki keadaan yyang tidak menyenangkan (distress) pada salah
satu dari kedua pihak karena ketidakmampuan atau malafungsi pada salah
satu dari bidang-bidang berikut: fungsi kognitif (kelainan pada fungsi
berfikir), fungsi afektif (penderitaan atau kehidupan emosi yang tidak
menyenangkan) atau fungsi perilaku (ketidaktepatan perilaku); dengan
terapis yang memiliki teori tentang asal-usul kepribadian, perkembangan,
mempertahankan dan mengubah bersama-sama dengan beberapa metode perawatan
yang mempunyai dasar teori dan profesinya diakui resmi untuk bertindak
sebagai terapis.
- Ivey
& Simek-Downing (1980) Psikoterapi adalah proses jangka panjang,
berhubungan dengan upaya merekonstruksi seseorang dan perubahan yang lebih
besar pada struktur kepribadian.
Menurut
pendapat beberapa para ahli diatas, dapat disimpulkan pengertian psikoterapi
adalah proses perawatan atau penyembuhan penyakit kejiwaan melalui teknik dan
metode psikologi, dimana adanya interaksi antara dua orang yang disebut terapis
dan pasien.
B.
TUJUAN PSIKOTERAPI
Berikut
ini akan diuraikan mengenai tujuan dari psikoterapi secara khusus dari beberapa
metode dan teknik psikoterapi yang banyak peminatnya, dari dua oran tokoh yakni
Ivey, et al (1987) dan Corey (1991):
- Tujuan
psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik, menurut Ivey, et al (1987):
membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari.
Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang
sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang
lama.
- Tujuan
psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisi, menurut Corey (1991): membuat
sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien
dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja
melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.
- Tujuan
psikoterapi pada pendekatan terpusat pada pribadi, menurut Corey (1991):
untuk memberikan suasana aman, bebas, agar klien mengeksplorasi diri
dengan enak, sehingga ia bisa mengenai hal-hal yang mencegah
pertumbuhannya dan bisa mengalami aspek-aspek pada dirinya yang sebelumnya
ditolak atau terhambat.
- Sehubung
dengan terapi behavioristik ini, Ivey, et al (1987) menjelaskan mengenai
tujuan pada terapi kognitif-behavioristik, yakni: menghilangkan cara
berfikir yang menyalahkan diri sendiri, mengembangkan cara memandang lebih
rasional dan toleran terhadap diri sendiri dan orang lain.
- Corey
(1991) merumuskan mengenai kognitif-behavioristik dan sekaligus
rasional-emotif terapi dengan: menghilangkan cara memandang dalam
kehidupan pasien yang menyalahkan diri sendiri dan membantunya memperoleh
pandangan dalam hidup secara rasional dan toleran.
Dapat
disimpulkan bahwa beberapa tujuan psikoterapi antara lain :
- Perawatan
akut (intervensi krisis dan stabilisasi)
- Rehabilitasi
(memperbaiki gangguan perilaku berat)
- Pemeliharaan
(pencegahan keadaan memburuk dijangka panjang)
- Restrukturisasi
(meningkatkan perubahan yang terus menerus kepada pasien).
C.
UNSUR-UNSUR PSIKOTERAPI
Masserman
(Karasu 1984) telah melaporkan tujuh “parameter pengaruh” dasar yang mencakup
unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi. Dalam hal ini termasuk :
- Peran
sosial (martabat) psikoterapis,
- Hubungan
(persekutuan terapeutik),
- Hak,
- Retrospeksi,
- Re-edukasi,
- Rehabilitasi,
- Resosialisasi
dan rekapitulasi.
Unsur
– unsur psikoterapeutik dapat dipilih untuk masing-masing pasien dan
dimodifikasi dengan berlanjutnya terapi. Ciri-ciri ini dapat diubah dengan
berubahnya tujuan terapeutik, keadaan mental dan kebutuuhan pasien.
D.
PERBEDAAN ANTARA PSIKOTERAPI DAN KONSELING
- Psikoterapi
: Hubungan antar perorangan yang berlangsung lama, terfokus pada proses
ketidaksadaran dan perubahan struktur kepribadian, solusi tidak dapat
diperoleh secara langsung melainkan melalui proses pemahaman diri yang
intensif terhadap dinamika masalah kehidupan. Psikoterapi lebih
rekonstruktif, konfrontatif, berorientasi tak sadar, dan berjangka
panjang.
- Konseling
: ialah proses dimana klien diberikan kesempatan untuk mendalami hal
yang menyita perhatiannya, sehingga kesadaran klien meningkat dan juga
terbuka jadi lebih banyak kemungkinan pilihan yang bisa diambil, berfokus
kepada permasalahan tertentu, membantu individu mengatasi hambatan untuk
perkembangan saja. Konseling lebih edukatif, sportif, berorientasi, sadar,
dan berjangka pendek.
E.
PENDEKATAN TERHADAP MENTAL ILLNES
Pendekatan
psikoterapi terhadap mental illness menurut J.P. Chaplin, yaitu:
- Biological
Meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan
penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854)
pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah
penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.
- Psychological
Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang
buruk, sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan,
krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres
yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial,
ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan
pertumbuhan sepanjang hidup individu.
- Sosiological
Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya
dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus
mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang
berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
- Philosophic
Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri
seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini
dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki
oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.
2.
TERAPI PSIKOANALISIS
A.
KONSEP DASAR PSIKOANALISIS TENTANG KEPRIBADIAN
Psikoanalisis
(Hjelle & Ziegler, 1992) :
-teori
mengenai kepribadian & psikopatologi
-metode
terapi untuk gangguan kepribadian
-teknik
untuk menyelidiki pikiran2 & perasaan2 individu yang tidak disadari
Prinsip
& Konsep Dasar :
-organisasi
kepribadian --- 3 level kesadaran (counscious) : conscious, preconscious &unconscious
-struktur
kepribadian --- id, ego, super ego,
-dasar
motivasi --- dorongan instinktual --- tension release
-konflik,
kecemasan, tipe kecemasan : realitas, neurotik, moral.
-mekanisme
pertahanan ego : represi, proyeksi, displacement, rasionalisasi,
reaksi formasi,
regresi, sublimasi,
denial,
-Perkembangan
kepribadian ---- tahap perkembangan psikoseksual : oral, anal, phallic,
latency, genital,
Gangguan
mental :
1.
Konflik intrapsikis yang tidak terpecahkan
simptom
--- gambaran sebagian usaha penanganan konflik
2. Konflik
intrapsikis yang sebagian besar tidak disadari & ada hubungan dengan masa
lalu / masa kecil
B.
UNSUR-UNSUR TERAPI PSIKOANALISIS
TERAPI
Tujuan
:
Membentuk
kembali struktur kepribadian dengan :
- to
make unconscious --- conscious
- meningkatkan
kontrol ego (ego strength)
- mengetahui
/ menyadari masa kecil --- diketahui kapan awal gangguan
efektif
--- dalam hubungan interpersonal, dalam menangani kecemasan secara
realistis, dalam memperoleh kendali atas perilaku yang impulsif & rasional
Peran
terapis :
Psikoanalis ---- menafsirkan/menginterpretasi
& menganalisis
C.
TEKNIK-TEKNIK TEORI PSIKOANALISIS
Teknik-teknik
:
1. Free
association
Salah
satu alat untuk “open the door” ke : keinginan, fantasi, pikiran,
perasaan, konflik, motivasi yang tidak disadari
Prosedur
:
- pasien
rileks duduk / berbaring di sofa (“couch”)
- mengatakan
apapun yang ada di pikiran (tanpa sensor)
(diinterpretasi
sbg ekspresi simbolik dari pikiran2 & perasaan2 yg direpres)
Tugas
terapis :
Mendengarkan,
mencatat, menganalisis /menginterpretasi bahan yang direpres, memberitahu /
membimbing pasien memperoleh insight (dinamika yang mendasari
perilaku yang tidak disadari)
2. Interpretation
of resistance
Segala
sesuatu yang menghambat klien mengeluarkan bahan2 yg tidak disadari
merupakan
dinamika yang disadari & usaha melindungi diri dari kecemasan yang tidak
ditolerir (-- melakukan MPE)
Tugas
terapis :
Memberitahu
& membantu pasien menyadari sebab2 adanya resisten sehingga akan dapat
menghadapinya
3. Dream
analysis
Mimpi
- “royal road” to the unconscious
- membuka
bahan2 (keinginan, dorongan) / masalah2 yg tidak disadari
- sebagai
“symbolic wishfulfillment”
Proses
:
- tidur
-- MPE (terutama represi) lemah --- dalam mimpi : muncul ke permukaan /
keluar halus (simbol) --- diceritakan
- Dream
work :
Kerja
ego yg melakukan transformasi dari Latent Content (LC)
ke Manifest Content (MC) / kerja otak manusia utk mengubah LC
ke MC didalam mimpi
LC ----- Mimpi ----- MC
MC
: Manifest Content (hal2 yang diceritakan
LC
: Latent Content (hal2 yang ada di sebaliknya / inti
Yang
diingat /diinterpretasi biasanya yang ekstrim – tidak semua diinterpretasi
4. Analysis
of transference
Pasien
“displace” perasaan2 (love/hate) terhadap significant
other (seringkali orang tua), kepada terapis
Terjadi
ketika muncul konflik/ kebutuhan /dorongan masa lalu (cinta, benci,
seksualitas, penolakan) & dibawa ke masa sekarang (terhadap terapis)
Tugas
terapis :
- menginterpretasi/menganalisis,
- membuat
pasien memperoleh insight (dapat membedakan fantasi –
realitas, masa lalu – sekarang, menyadari dorongan2 yang tidak
disadarinya)
- membantu
pasien mengatasi konflik2 lama yang menghambat dirinya (mampu : mengatasi
mispersepsi, mis-interpretasi, mengevaluasi kecemasan / dorongan yang tidak
realistik, membuat keputusan yang realistik & matang)
counter
transference ---- ?
5.The other
psychopathology of everydar life
Humor
Instink
dorongan agresif & seksual
Slip
of the tongue
6. Emotional
reeducation
Meningkatkan
kemampuan pasien dalam memperoleh insight mengenai penyebab perilakunya / di
kehidupan sehari2 (dari berbagai teknik)
REFERENSI :
Gunarsa,
Singgih D. 1996. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : BPK Gunung
Mulia.