Jumat, 25 Maret 2016

PSIKOTERAPI

1. PENGANTAR
A. PENGERTIAN PSIKOTERAPI
Dilihat secara etimologis psikoterapi mempunyai arti sederhana, yakni “psyche” yang artinya jelas yaitu “mind” atau sederhananya: jiwa dan “therapy” mengasuh, sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah “perawatan terhadap aspek kejiwaan” seseorang.
Pengertian psikoterapi menurut beberapa tokoh:,
  1. Corsini (1989) Psikoterapi adalah proses formal dari interaksi antara dua pihak, setiap pihak biasanya terdiri dari satu oran, tetapi ada kemungkinan terdiri dari dua orang atau lebih pada setiap pihak, dengan tujuan memperbaiki keadaan yyang tidak menyenangkan (distress) pada salah satu dari kedua pihak karena ketidakmampuan atau malafungsi pada salah satu dari bidang-bidang berikut: fungsi kognitif (kelainan pada fungsi berfikir), fungsi afektif (penderitaan atau kehidupan emosi yang tidak menyenangkan) atau fungsi perilaku (ketidaktepatan perilaku); dengan terapis yang memiliki teori tentang asal-usul kepribadian, perkembangan, mempertahankan dan mengubah bersama-sama dengan beberapa metode perawatan yang mempunyai dasar teori dan profesinya diakui resmi untuk bertindak sebagai terapis.
  2. Ivey & Simek-Downing (1980) Psikoterapi adalah proses jangka panjang, berhubungan dengan upaya merekonstruksi seseorang dan perubahan yang lebih besar pada struktur kepribadian.
Menurut pendapat beberapa para ahli diatas, dapat disimpulkan pengertian psikoterapi adalah proses perawatan atau penyembuhan penyakit kejiwaan melalui teknik dan metode psikologi, dimana adanya interaksi antara dua orang yang disebut terapis dan pasien.

B. TUJUAN PSIKOTERAPI
Berikut ini akan diuraikan mengenai tujuan dari psikoterapi secara khusus dari beberapa metode dan teknik psikoterapi yang banyak peminatnya, dari dua oran tokoh yakni Ivey, et al (1987) dan Corey (1991):
  1. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik, menurut Ivey, et al (1987): membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
  2. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisi, menurut Corey (1991): membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.
  3. Tujuan psikoterapi pada pendekatan terpusat pada pribadi, menurut Corey (1991): untuk memberikan suasana aman, bebas, agar klien mengeksplorasi diri dengan enak, sehingga ia bisa mengenai hal-hal yang mencegah pertumbuhannya dan bisa mengalami aspek-aspek pada dirinya yang sebelumnya ditolak atau terhambat.
  4. Sehubung dengan terapi behavioristik ini, Ivey, et al (1987) menjelaskan mengenai tujuan pada terapi kognitif-behavioristik, yakni: menghilangkan cara berfikir yang menyalahkan diri sendiri, mengembangkan cara memandang lebih rasional dan toleran terhadap diri sendiri dan orang lain.
  5. Corey (1991) merumuskan mengenai kognitif-behavioristik dan sekaligus rasional-emotif terapi dengan: menghilangkan cara memandang dalam kehidupan pasien yang menyalahkan diri sendiri dan membantunya memperoleh pandangan dalam hidup secara rasional dan toleran.
Dapat disimpulkan bahwa beberapa tujuan psikoterapi antara lain :
  1. Perawatan akut (intervensi krisis dan stabilisasi)
  2. Rehabilitasi (memperbaiki gangguan perilaku berat)
  3. Pemeliharaan (pencegahan keadaan memburuk dijangka panjang)
  4. Restrukturisasi (meningkatkan perubahan yang terus menerus kepada pasien).
C. UNSUR-UNSUR PSIKOTERAPI
Masserman (Karasu 1984) telah melaporkan tujuh “parameter pengaruh” dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi. Dalam hal ini termasuk :
  1. Peran sosial (martabat) psikoterapis,
  2. Hubungan (persekutuan terapeutik),
  3. Hak,
  4. Retrospeksi,
  5. Re-edukasi,
  6. Rehabilitasi,
  7. Resosialisasi dan rekapitulasi.
Unsur – unsur psikoterapeutik dapat dipilih untuk masing-masing pasien dan dimodifikasi dengan berlanjutnya terapi. Ciri-ciri ini dapat diubah dengan berubahnya tujuan terapeutik, keadaan mental dan kebutuuhan pasien.

D. PERBEDAAN ANTARA PSIKOTERAPI DAN KONSELING
  1. Psikoterapi : Hubungan antar perorangan yang berlangsung lama, terfokus pada proses ketidaksadaran dan perubahan struktur kepribadian, solusi tidak dapat diperoleh secara langsung melainkan melalui proses pemahaman diri yang intensif terhadap dinamika masalah kehidupan. Psikoterapi lebih rekonstruktif, konfrontatif, berorientasi tak sadar, dan berjangka panjang.
  2. Konseling  : ialah proses dimana klien diberikan kesempatan untuk mendalami hal yang menyita perhatiannya, sehingga kesadaran klien meningkat dan juga terbuka jadi lebih banyak kemungkinan pilihan yang bisa diambil, berfokus kepada permasalahan tertentu, membantu individu mengatasi hambatan untuk perkembangan saja. Konseling lebih edukatif, sportif, berorientasi, sadar, dan berjangka pendek.
E. PENDEKATAN TERHADAP MENTAL ILLNES
Pendekatan psikoterapi terhadap mental illness menurut J.P. Chaplin, yaitu:
  1. Biological
    Meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.
  2. Psychological
    Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
  3. Sosiological
    Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
  4. Philosophic
    Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.
2. TERAPI PSIKOANALISIS
A. KONSEP DASAR PSIKOANALISIS TENTANG KEPRIBADIAN
Psikoanalisis (Hjelle & Ziegler, 1992) :
-teori mengenai kepribadian & psikopatologi
-metode terapi untuk gangguan kepribadian
-teknik untuk menyelidiki pikiran2 & perasaan2 individu yang tidak disadari


Prinsip & Konsep Dasar :
-organisasi kepribadian --- 3 level kesadaran (counscious) : consciouspreconscious &unconscious
-struktur kepribadian --- id, ego, super ego,
-dasar motivasi --- dorongan instinktual --- tension release
-konflik, kecemasan, tipe kecemasan : realitas, neurotik, moral.
-mekanisme pertahanan ego : represi, proyeksi, displacement, rasionalisasi, reaksi formasi,           regresi, sublimasi, denial,
-Perkembangan kepribadian ---- tahap perkembangan psikoseksual : oral, anal, phallic, latency, genital,

Gangguan mental :
1. Konflik intrapsikis yang tidak terpecahkan
simptom --- gambaran sebagian usaha penanganan konflik
2. Konflik intrapsikis yang sebagian besar tidak disadari & ada hubungan dengan masa lalu / masa kecil

B. UNSUR-UNSUR TERAPI PSIKOANALISIS
TERAPI
Tujuan :
Membentuk kembali struktur kepribadian dengan :
- to make unconscious --- conscious
- meningkatkan kontrol ego (ego strength)
- mengetahui / menyadari masa kecil --- diketahui kapan awal gangguan
efektif --- dalam hubungan interpersonal, dalam menangani kecemasan secara realistis, dalam memperoleh kendali atas perilaku yang impulsif & rasional
Peran terapis :
Psikoanalis ---- menafsirkan/menginterpretasi & menganalisis

C. TEKNIK-TEKNIK TEORI PSIKOANALISIS
Teknik-teknik :
1. Free association
 Salah satu alat untuk “open the door” ke : keinginan, fantasi, pikiran, perasaan, konflik, motivasi yang tidak disadari
 Prosedur :
- pasien rileks duduk / berbaring di sofa (“couch”)
- mengatakan apapun yang ada di pikiran (tanpa sensor)
(diinterpretasi sbg ekspresi simbolik dari pikiran2 & perasaan2 yg direpres)
 Tugas terapis :
Mendengarkan, mencatat, menganalisis /menginterpretasi bahan yang direpres, memberitahu / membimbing pasien memperoleh insight (dinamika yang mendasari perilaku yang tidak disadari)

2. Interpretation of resistance
Segala sesuatu yang menghambat klien mengeluarkan bahan2 yg tidak disadari
 merupakan dinamika yang disadari & usaha melindungi diri dari kecemasan yang tidak ditolerir (-- melakukan MPE)
 Tugas terapis :
Memberitahu & membantu pasien menyadari sebab2 adanya resisten sehingga akan dapat menghadapinya
3. Dream analysis
 Mimpi - “royal road” to the unconscious
- membuka bahan2 (keinginan, dorongan) / masalah2 yg tidak disadari
- sebagai “symbolic wishfulfillment
Proses :
- tidur -- MPE (terutama represi) lemah --- dalam mimpi : muncul ke permukaan /   keluar halus (simbol) --- diceritakan
Dream work :
Kerja ego yg melakukan transformasi dari Latent  Content (LC) ke Manifest Content (MC) / kerja otak manusia utk mengubah LC ke MC didalam mimpi
      LC ----- Mimpi ----- MC
MC :  Manifest Content (hal2 yang diceritakan
LC  :  Latent Content (hal2 yang ada di sebaliknya / inti
 Yang diingat /diinterpretasi biasanya yang ekstrim – tidak semua diinterpretasi
4. Analysis of transference
Pasien “displace” perasaan2 (love/hate) terhadap significant other (seringkali orang tua), kepada terapis
Terjadi ketika muncul konflik/ kebutuhan /dorongan masa lalu (cinta, benci, seksualitas, penolakan) & dibawa  ke masa sekarang (terhadap terapis)
 Tugas terapis :
- menginterpretasi/menganalisis,
- membuat pasien memperoleh insight (dapat membedakan fantasi – realitas, masa lalu –  sekarang, menyadari dorongan2 yang tidak disadarinya)
- membantu pasien mengatasi konflik2 lama yang menghambat dirinya (mampu : mengatasi mispersepsi, mis-interpretasi, mengevaluasi kecemasan / dorongan yang tidak realistik, membuat keputusan yang realistik & matang)
  counter transference ---- ?

5.The other psychopathology of everydar life
  Humor
  Instink  dorongan agresif & seksual
  Slip of the tongue

6. Emotional reeducation
Meningkatkan kemampuan pasien dalam memperoleh insight mengenai penyebab perilakunya / di kehidupan sehari2 (dari berbagai teknik)

REFERENSI :
Gunarsa, Singgih D. 1996. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : BPK Gunung Mulia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar