Senin, 20 Juni 2016

Contoh Kasus Terapi Bermain

Kegiatan terapi bermain yang kelompok buat kali ini bertema “Cepat sembuh dengan banyak minum”. Kegiatan ini terdiri dari 3 sesi yaitu : sesi pertama adalah bermain peran menggunakan boneka tangan, boneka tangan yang dipergunakan ada 5 buah yang digerakkan oleh 3 orang. Pada sesi pertama ini, menceritakan tentang pentingnya mengkonsumsi banyak air bagi penderita DHF. Peserta tampak antusias menyaksikan pertunjukkan bermain peran ini, dan peserta tampak tertawa ketika penderita DHF (siro) terpasang infus dengan menggunakan infus set yang kelompok buat sendiri dari kertas dan benang wol.

Sesi kedua adalah perlombaan menghabiskan air mineral yang telah disediakan oleh kelompok. Air mineral yang telah disediakan sudah terlebih dahulu dihias oleh kelompok menggunakan kertas warna-warni. Air mineral gelas tersebut dibagikan kepada masing-masing anak, satu orang anak mendapatkan 1 gelas air mineral yang berisi 250 ml. Tujuan dari permainan ini bukan untuk mencari pemenang, tetapi untuk memotivasi anak agar minum yang banyak, namun tetap ditentukan pemenang dalam perlombaan ini. Dalam perlombaan di sesi kedua ini yang menghabiskan air mineral terlebih dahulu adalah an.Ro kemudian an.M. Untuk an.Y dan an.Ri, keduanya tidak menghabiskan air mineral yang telah disediakan oleh kelompok, tetapi an.Y lebi banyak meminum air mineral tersebut.

Di sesi ketiga yaitu lomba mewarnai gambar buah-buahan yang sudah disediakan yaitu strawberry dan jeruk, pemilihan warna pada sesi ketiga ini tidak dibatasi. An.Ro, an.M dan an.Y memilih gambar jeruk untuk mereka warnai sedangkan an.Ri memilih gambar strawberry. Usia antara an.Ro dan an.M setara, mereka termasuk anak school sehingga di sesi ketiga ini mereka lebih cepat selesai dan lebih rapi dalam mewarnai. Untuk an.Y dan an.Ri keduanya masih preschool sehingga dalam mewarnai masih butuh motivasi dan bimbingan dari ibunya. Namun keempat peserta menyelesaikan gambar yang mereka pilih dengan baik. Setelah selesai mewarnai, fasilitator memasang tali pada setiap gambar yang diwarnai dan dikembalikan kepada anak untuk kenang-kenangan.

Kegiatan terapi bermain yang kelompok buat ini terdiri dari empat orang peserta. Karena keterbatasan jumlah pasien yang menderita DHF, maka kelompok tidak dapat peserta yang setara usianya. Namun peserta yang mengikuti terapi bermain ini telah sesuai dengan sasaran yang dibuat oleh kelompok yaitu preschool dan school. Dari empat orang peserta tersebut, dua orang adalah anak preschool yang berusia 4 tahun dan dua orang adalah anak school yang berusia 7 tahun dan 9 tahun. Keempat peserta tersebut tidak bedrest dan tidak mengalami gangguan aktivitas karena yang diperbolehkan oleh CI ruangan untuk ikut dalam terapi bermain adalah pasien yang kondisinya sudah mulai membaik dan trombositnya sudah mengalami peningkatan.

Waktu pelaksanaan terapi bermain ini adalah jam 10 pagi setelah dilakukannya pengukuran tanda-tanda vital. Saat sesi pertama sekitar 20 menit, sesi kedua sekitar 7 menit, sesi ketiga sekitar 15 menit. Secara keseluruhan lamanya terapi bermain ini adalah 55 menit. Setelah ketiga sesi tersebut selesai, kelompok membagikan souvenir kepada peserta. Peserta dipanggil satu persatu berdasarkan pemenang dari lomba minum air mineral dan diberikan satu souvenir. Souvenir yang diberikan kepada peserta adalah gelas minum untuk menunjang agar anak banyak minum. Setelah dibagikan souvenir tersebut, leader memberikan pesan kepada peserta bahwa gelas minum tersebut digunakan untuk minum supaya cepat sembuh dan cepat pulang ke rumah.

Menurut saya, masih terdapat hambatan dalam proses terapi bermain ini, diantaranya:
1. Anak tidak fokus saat pertunjukan boneka tangan.
2. Anak tidak mau menyelesaikan permainan yang sedang berlangsung.
3. Anak kurang mau berinteraksi dengan orang lain selain orangtuanya dihadapan banyak orang.

Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Wong, Donna L. (2003). Clinical Manual of Pediatric Nursing. USA: Mosby.

Terapi Bermain

PENDAHULUAN
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat behwa anak yangf terlalu banyak bermain akan membuat menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak (noname, 2006).

A.PENGERTIAN BERMAIN
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadari.(wholey and Wong,1991). Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk memperoleh kesenangan.(Foster,1989). Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock) Jadi kesimpulannya bermain adalah cara untuk memperoleh kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

B. KATEGORI BERMAIN
1. Bermain aktif
Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri.
Contoh : bermain sepak bola.
2. Bermain pasif
Energi yang dikeluarkan sedikit,anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya melihat)
Contoh : memberikan support.

C. CIRI-CIRI BERMAIN
1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
2. Selalu ada timbal balik interaksi
3. Selalu dinamis
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu

D. KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT ISI
1. Socialaffective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan,misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang,dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
2. Sense of pleasure play
Anak memproleh kesenangan dari satu obyek yang ada disekitarnya,dengan bermain dapat merangsang perabaan alat,misalnya bermain air atau pasir.
3. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda.
4. Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu

MENURUT KARAKTERISTIK SOSIAL
1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang bermai disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Todler.
2. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak preischool
Contoh : bermain balok
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yangsma tetapi belum terorganisasi dengan baik,belum ada pembagian tugas,anak bermain sesukanya.
4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan terencana dan ada aturan tertentu. Bissanya dilakukanoleh anak usia sekolah Adolesen

E. FUNGSI BERMAIN
Anak dapat melangsungkan perkembangannya
1. PERKEMBANGAN SENSORI MOTORIK
Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu,misalnya meraih pensil.
2. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Membantu mengenal benda sekitar(warna,bentuk kegunaan)
3. KREATIFITAS
Mengembangkan kreatifitas mencoba ide baru misalnya menyusun balok.
4. PERKEMBANGAN SOSIAL
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari belajar dalam kelompok.
5. KESADARAN DIRI(SELF AWARENESS)
Bermain belajar memahami kemampuan diri kelemahan dan tingkah laku terhadap orang lain.
6. PERKEMBANGAN MORAL
Intraksi dengan orang lain bertingkah laku sesuai harapan teman menyesuaikan dengan aturan kelompok.
Contoh : dapat menerapkan kejujuran.
7. TERAPI
Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak misalnya : marah,takut,benci.
8. KOMUNIKASI
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi nak yang belum dapat mengatakan secara verbal, misalnya : melukis,menggambar,bermain peran.

F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN
1. Tahap perkembangan,tiap tahap mempunyai potensi/keterbatasan
2. Status kesehatan,anak sakit→ perkembangan psikomotor kognitif terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan → lokasi,negara,kultur.
5. Alat permainan → senang dapat menggunakan
6. Intelegensia dan status social ekonomi

G. TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN
1. Tahap eksplorasi
Merupkan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain,anak mulai masuk dalam tahap perminan.
3. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam perminan.
4. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Foster and Humsberger,1998,Family Centered Nursing Care of Children. WB sauders Company,Philadelpia USA.
Hurlock E B,1991,Perkembangan Anak Jilid I,Erlangga Jakarta.
Markum dkk,1990,Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak,IDI Jakarta.
Soetjiningsih,1995,Tumbuh Kembang Anak,EGC,Jakarta.

Whaley and Wong,1991,Nursing Care infants and children. Fourth Edition,Mosby Year Book,Toronto Canada.