1.
Konsep Dasar Pandangan Frankl tentang Perilaku / Kepribadian
Pandangan
Frankl tentang kesehatan psikologis menekankan pentingnya kemauan akan arti.
Tentu saja ini merupakan kerangka, di dalamnya segala sesuatu yang lain diatur.
Frankl berpendapat manusia harus dapat menemukan makna hidupnya
sendiri dan setelah menemukan lalu mencoba untuk memenuhinya. Bagi Frankl
setiap kehidupan mempunyai makna, dan kehidupan itu adalah suatu tugas yang
harus dijalani. Mencari makna dalam hidup inilah prinsip utama teori
Frankl Logoterapi. Logoterapi memiliki tiga konsep dasar, yakni;
Ø Kebebasan berkehendak (Freedom of Will)
Dalam
pandangan logoterapi, manusia adalah mahluk yang istimewa karena mempunyai
kebebasan.
Kebebasan yang dimaksud dalam freedom of will seperti:
- Kebebasan yang bertanggungjawab.
Kebebasan yang dimaksud dalam freedom of will seperti:
- Kebebasan yang bertanggungjawab.
-
Kebebasan untuk mengambil sikap (freedom to take a stand) atas kondisi-
kondisi tersebut.
-
Kebebasan untuk menentukan sendiri apa yang dianggap penting dalam
hidupnya.
Ø Kehendak
Hidup Bermakna (The Will to Meaning)
Konsep
keinginan kepada makna (the will to meaning) inilah menjadi motivasi
utama kepribadian manusia (Frankl, 1977). Dalam psikoanalisa memandang
manusia adalah pencari kesenangan. Pandangan psikologi individual bahwa manusia
adalah pencari kekuasaan. Menurut logoterapi bahwa kesenangan merupakan efek
dari pemenuhan makna, sedangkan kekuasaan merupakan prasyarat bagi pemenuhan
makna. Mengenal makna, menurut Frankl bersifat menarik dan menawari bukannya
mendorong. Karena sifatnya menarik maka individu termotivasi untuk memenuhinya.
Agar individu menjadi individu yang bermakna, maka melakukan berbagai kegiatan
yang syarat dengan makna.
Ø Makna
Hidup (The Meaning Of Life)
Makna
yaitu suatu hal yang didapat dari pengalaman hidupnya baik dalam keadaan senang
maupun dalam penderitaan. Makna hidup dianggap identik dengan tujuan
hidup. Makna hidup bisa berbeda antara satu dengan yang lainya dan berbeda
setiap hari, bahkan setiap jam. Karena itu, yang penting secara umum bukan
makna hidup, melainkan makna khusus dari hidup pada suatu saat tertentu. Setiap
individu memiliki pekerjaan dan misi untuk menyelesaikan tugas khusus. Dalam
kaitan dengan tugas tersebut dia tidak bisa digantikan dan hidupnya tidak bisa
diulang. Karena itu, manusia memiliki tugas yang unik dan kesempatan unik untuk
menyelesaikan tugasnya (Frankl, 2004).
2.
Unsur-unsur Terapi
Munculnya
gangguan / kecemasan
Saat
individu tidak memiliki keinginan terhadap sesuatu (apapun), karena keinginan
akan mendorong setiap manusia untuk melakukan berbagai kegiatan agar hidupnya
di rasakan berarti dan berharga. Menurut Frankl (2004) terdapat dua
tahapan pada sindroma ketidakbermaknaan, yaitu:
-Frustasi eksistensial (exsistential frustration) atau disebut juga kehampaan
eksistensial (exsistetial
vacuum)
Menurut
Koesworo,1992, exsistential frustration adalah fenomena umum
yang berkaitan dengan keterhambatan atau kegagalan individu dalam memenuhi
keinginan akan makna.
-Neurosis
noogenik (noogenic neuroses)
Yaitu
suatu manifestasi khusus dari frustasi eksistensial yang ditandai dengan
simptomatologi neurotik klinis tertentu yang tampak (Koesworo,1992). Frankl
menggunakan istilah ini untuk membedakan dengan keadaan neurosis somatogenik,
yaitu neurosis yang berakar pada kondisi fisiologis tertentu dan neurosis
psikogenik yaitu neurosis yang bersumber pada konflik-konflik psikologis.
3.
Teknik-teknik Terapi
A. Persuasif
Salah satu teknik yang
digunakan dalam logoterapi adalah teknik persuasif, yaitu membantu klien untuk
mengambil sikap yang lebih konstruktif dalam menghadapi kesulitannya.Frankl,
menggambarkan hal ini dalam satu kasus tentang seorang perawat yang menderita
tumor yang tidak dapat dioperasi dan mengalami keputusasaan karena
ketidakmampuannya untuk bekerja dalam profesinya yang sangat terhormat.
B. Paradoxical-intention
Paradoxical intention pada
dasarnya memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self-detachment) dan kemampuan
mengambil sikap terhadap kondisi diri sendiri dan lingkungan.Paradoxical
intention terutama cocok untuk pengobatan jangka pendek pasien fobia (ketakutan
irrasional). Dengan teknik ini, konselor mengupayakan agar klien yang mengalami
fobia mengubah sikap dari ‘takut’ menjadi ‘akrab’ dengan objek fobianya. Selain
itu, teknik paradoxical intention sangat bermanfaat untuk menolong klien dengan
obsesif kompulsif (tindakan yang terus-menerus dilakukan walaupun sadar hal itu
tidak rasional).Antisipasi yang menakutkan terhadap suatu kejadian sering
menyebabkan reaksi-reaksi yang berkembang dari peristiwa tersebut, misalnya
pasien dengan obsesi yang kuat cenderung untuk menghindari
obsesif-kompulsifnya. Dengan teknik paradoxical intention, mereka diajak untuk
‘berhenti melawan’, tetapi bahkan mencoba untuk ‘bercanda’ tentang gejala yang
ada pada mereka, ternyata hasilnya adalah gejala tersebut akan berkurang dan
menghilang. Klien diminta untuk berpikir atau membayangkan hal-hal yang tidak
menyenangkan, menakutkan, atau memalukan baginya. Dengan cara ini klein
mengembangkan kemampuan untuk melawan ketakutannya, seperti yang terdapat juga
dalam terapi perilaku (behaviour therapy).
C. De-reflection
Teknik logoterapi lain adalah
“de-reflection”, yaitu memanfaatkan kemampuan transendensi diri
(self-transcendence) yang dimiliki setiap manusia dewasa. Setiap manusia dewasa
memiliki kemampuan untuk membebaskan diri dan tidak lagi memperhatikan kondisi
yang tidak nyaman, tetapi mampu mengalihkan dan mencurahkan perhatiannya kepada
hal-hal yang positif dan bermanfaat.Di sini klien pertama-tama dibantu untuk
menyadari kemampuan atau potensinya yang tidak digunakan atau terlupakan.Ini
merupakan suatu jenis daya penarik terhadap nilai-nilai pasien yang terpendam.
Sekali kemampuan tersebut dapat diungkapkan dalam proses konseling maka akan
muncul suatu perasaan unik, berguna dan berharga dari dalam diri klien.
De-reflection tampaknya sangat bermanfaat dalam konseling bagi klien
dengan pre-okupasi somatik, gangguan tidur, dan beberapa gangguan
seksual, seperti impotensi dan frigiditas.
CONTOH
KASUS
Harold
seorang warga Australia berusia paruh baya yang kehidupannya dengan cepat
berubah carut-marut diluar kontrol seperti seorang pemabuk. Masalah
keuangan/ekonomi tidak didukung oleh sejumlah biaya yang dihabiskan untuk minum
dan pengaruh beban pekerjaan (stress). Simpati istrinya berkurang disamping ia
juga punya masalah tidur tengah malam. Dia pulang untuk menemui Chris Wurm,
seorang GP ahli Logotherapi. Wurm mengkombinasikan pendekatan medis sebagai
contoh pemberian informasi terhadap bahaya minuman-minuman juga dilakukan
dengan logotherapi. Roda kehidupan Harol kembali bergulir, liku-liku sisi
alkohol dari kehidupannya dan tak bisa dihindari. Werm berkata “ bahwa
memungkin untuk memikirkan apayang dia ketahui dan dapat menentukan pilihan dan
menjalani kehidupan dengan berbagai cara (penekanan logotherapi dapat
dipertanggung jawabkan). Cerminan dari suatu pilihan yang membawa perubahan
baginya (ini adalah orientasi terhadap makna penghayatan dan nilai - nilai
terakhir yang bisa ditemuinya, nilai – nilai bersikap), dan terdapat gambaran
masa masa mendatang. Perannya sangat menentukan dan menjadi efektif, setiap
kali ia memandang betapa akal piciknya menjadi bumerang (api dalam sekam).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar