Minggu, 06 November 2016

ARSITEKTUR KOMPUTER & STRUKTUR KOGNITIF MANUSIA

 A.     Pengertian Arsitektur Komputer
Menurut Jimmy L (2002), yang dimaksud dengan arsitektur komputer ialah suatu ilmu dan juga seni tentang tata cara interkoneksi antara berbagai macam komponen perangkat keras atau hardware agar bisa melahirkan sebuah computer melengkapi kebutuhan fungsional, kinerja, dan juga target keuangannya.
B.     Struktur Kognisi Manusia
Menurut Prof. Benny H. Hoed (dalam Ekky, 2012) struktur adalah bangun (teoritis) yang terdiri atas unsur-unsur yang berhubungan satu sama lain dalam satu kesatuan, sedangkan kognitif, Menurut Drever (Solihin, 2012) disebutkan bahwa ”kognisi adalah istilah umum yang mencakup segenap model pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penialain, dan penalaran”. Dan Menurut Chaplin (2002) dikatakan bahwa “kognisi adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk mengenal, termasuk di dalamnya mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan, memperkirakan, menduga dan menilai”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa struktur kognisi manusia adalah suatu unsur yang saling berhubungan antara satu sama yang lain yang saling berakomodir atau saling melengkapi antara fungsi-fungsi, skema. Seperti bagian otak yang mengakomodir unsur bagian -bagian tubuh manusia yang menjadikan suatu sistem yang kompleks.
C.     Kaitan Antara Struktur Kognisi Manusia dan Arsitektur Komputer
Struktur kognisi manusia dengan komputer memiliki proses yang hampir sama yaitu sama-sama memproses informasi atau data yang masuk. Informasi masuk melalui otak pada manusia sedangkan dalam komputer biasa disebut dengan input, saat memproses informasi otak juga melakukan aktivitasnya yaitu memproses info yang masuk, jika pada komputer biasa disebut dengan storage, dan pada manusia dalam mengeluarkan informasi juga diproses oleh kognisi atau otak yang dalam komputer biasa disebut output. Arsitektur komputer sendiri merupakan hasil dari kreativitas-kreativitas manusia yang menggunakan kognisi nya dalam menciptakan arsitektur komputer. Sehingga arsitektur komputer dan kognisi manusia itu saling terkait satu sama lainnya.
D.        Kelebihan dan Kelemahan Arsitektur Komputer dibandingkan Stuktur Kognisi Manusia
·         Kelebihan : Komputer dapat dengan baik melakukan operasi matematika dan logika dengan sangat cepat, sedangkang manusia lebih mampu membuat kesimpulan, memahami pola-pola yang kompleks dan memiliki emosi.
·         Kekurangan : Komputer hampir tidak mampu melakukan yang dilakukan manusia seperti membuat kesimpulan, memahami pola-pola yang kompleks dan memiliki emosi. Dalam mengenali wajah, komputer juga tidak dapat menyimpulkan usia, jenis kelamin, atau emosi seseorang.

E.      Contoh Kasus, solusi, dan pemecahan masalah dalam Arsitektur Komputer dan Struktur Kognisi Manusia
Diagnosa penyakit merupakan hal yang sangat sensitif karena menyangkut nyawa manusia, oleh karena itu hasil diagnosa haruslah akurat, cepat dan tepat. Untuk mencapai hasil tersebut, maka solusinya adalah menggabungkan kelebihan pada komputer dan juga kelebihan manusia (dokter). Untuk kroscek gejala penyakit dengan bank data diagnosa, itu dilakukan oleh komputer karena bisa dilakukan dengan sangat cepat dan akurat, namun untuk menetapkan hasil diagnosa, maka tetap harus menggunakan kemampuan kognitif dari dokter, karena dia bisa merasakan, menilai dan mengambil keputusan. Dengan kata lain, komputer digunakan untuk menunjang kemampuan koginitif manusia dalam rangka memudahkan pengambilan keputusan

 Jimmy, L. (2008). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Grasindo.
Chaplin. (2002). Struktur Kognisi Manusia. Jakarta: Grasindo

PENGANTAR SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI

A.     Pengertian Informasi
Informasi adalah sekumpulan fakta (data) yang diorganisasikan dengan cara tertentu sehingga mereka mempunyai arti bagi si penerima. Sebagai contoh, apabila kita memasukkan jumlah gaji dengan jumlah jam bekerja, kita akan mendapatkan informasi yang berguna. Dengan kata lain, informasi datang dari data yang akan diproses. (Sutarman, 2012).
Menurut Hutahaean (2015) Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna dan lebih penting bagi penggunanya.
Menurut Prasojo (2011), bahwa pengertian informasi sering disamakan dengan pengertian data. “Data adalah sesuatu yang belum diolah dan belum dapat digunakan sebagai dasar yang kuat dalam pengambilan keputusan”.
Menurut Gordon B. Davis (dalam Hutahaean, 2015) Informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi penerimanya dan memiliki nilai nyata atau yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang.
Dari beberapa definisi informasi yang diungkapkan beberapa tokoh diatas, dapat disimpulkan bahwa informasi masih sering disamakan dengan data, dimana sebenarnya informasi dan data itu berbeda. Data adalah suatu hal yang belum diolah dan belum dapat digunakan sebagai dasar yang kuat dalam pengambilan keputusan. Sebaliknya, informasi adalah data-data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang berguna dan penting bagi penerimanya dan dapat dijadikan dasar yang kuat untuk mengambil sebuah keputusan baik sekarang maupun yang akan datang.

B.     Pengertian Sistem Informasi Psikologi
Sistem informasi psikologi merupakan suatu kumpulan komponen fisik maupun non-fisik yang berupa data yang diproses dalam jumlah muatan besar yang mendapatkan informasi-informasi yang berhubungan dengan psikologis.

C.     Contoh Kasus
Penggunaan sistem informasi terhadap psikologi seperti tes-tes psikologi, sebagian besar sudah menggunakan komputerisasi untuk penghitungan hasil akhir bahkan dalam pengisian testnya. Sudah banyak orang-orang yang pernah mengikuti beberapa test psikologi sederhana melalui sebuah situs sosial media, dimana disana kita diminta untuk mengisi beberapa soal dengan pilihan ganda sebagai jawabannya. Dengan mengisi pilihan ganda yang tersedia dan menjadikan jawaban paling dominan sebagai tolak ukur hasil test, keluarlah hasil test tersebut. Tidak terlalu valid dan reabilitas memang, tetapi ini merupakan salah satu contoh test psikologi, yang mengikuti perkembangan zaman dengan turut menggunakan system informasi atau komputerisasi untuk mempermudah penggunaan alat testnya.



Hutahaean, J. (2014). Konsep sistem informasi. Yogyakarta: Deepublish.
Prasojo. (2011). Pengantar sistem informasi manajemen. Bandung: CV. Remadja Karya

Sutarman. (2012). Pengantar sistem informasi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Senin, 20 Juni 2016

Contoh Kasus Terapi Bermain

Kegiatan terapi bermain yang kelompok buat kali ini bertema “Cepat sembuh dengan banyak minum”. Kegiatan ini terdiri dari 3 sesi yaitu : sesi pertama adalah bermain peran menggunakan boneka tangan, boneka tangan yang dipergunakan ada 5 buah yang digerakkan oleh 3 orang. Pada sesi pertama ini, menceritakan tentang pentingnya mengkonsumsi banyak air bagi penderita DHF. Peserta tampak antusias menyaksikan pertunjukkan bermain peran ini, dan peserta tampak tertawa ketika penderita DHF (siro) terpasang infus dengan menggunakan infus set yang kelompok buat sendiri dari kertas dan benang wol.

Sesi kedua adalah perlombaan menghabiskan air mineral yang telah disediakan oleh kelompok. Air mineral yang telah disediakan sudah terlebih dahulu dihias oleh kelompok menggunakan kertas warna-warni. Air mineral gelas tersebut dibagikan kepada masing-masing anak, satu orang anak mendapatkan 1 gelas air mineral yang berisi 250 ml. Tujuan dari permainan ini bukan untuk mencari pemenang, tetapi untuk memotivasi anak agar minum yang banyak, namun tetap ditentukan pemenang dalam perlombaan ini. Dalam perlombaan di sesi kedua ini yang menghabiskan air mineral terlebih dahulu adalah an.Ro kemudian an.M. Untuk an.Y dan an.Ri, keduanya tidak menghabiskan air mineral yang telah disediakan oleh kelompok, tetapi an.Y lebi banyak meminum air mineral tersebut.

Di sesi ketiga yaitu lomba mewarnai gambar buah-buahan yang sudah disediakan yaitu strawberry dan jeruk, pemilihan warna pada sesi ketiga ini tidak dibatasi. An.Ro, an.M dan an.Y memilih gambar jeruk untuk mereka warnai sedangkan an.Ri memilih gambar strawberry. Usia antara an.Ro dan an.M setara, mereka termasuk anak school sehingga di sesi ketiga ini mereka lebih cepat selesai dan lebih rapi dalam mewarnai. Untuk an.Y dan an.Ri keduanya masih preschool sehingga dalam mewarnai masih butuh motivasi dan bimbingan dari ibunya. Namun keempat peserta menyelesaikan gambar yang mereka pilih dengan baik. Setelah selesai mewarnai, fasilitator memasang tali pada setiap gambar yang diwarnai dan dikembalikan kepada anak untuk kenang-kenangan.

Kegiatan terapi bermain yang kelompok buat ini terdiri dari empat orang peserta. Karena keterbatasan jumlah pasien yang menderita DHF, maka kelompok tidak dapat peserta yang setara usianya. Namun peserta yang mengikuti terapi bermain ini telah sesuai dengan sasaran yang dibuat oleh kelompok yaitu preschool dan school. Dari empat orang peserta tersebut, dua orang adalah anak preschool yang berusia 4 tahun dan dua orang adalah anak school yang berusia 7 tahun dan 9 tahun. Keempat peserta tersebut tidak bedrest dan tidak mengalami gangguan aktivitas karena yang diperbolehkan oleh CI ruangan untuk ikut dalam terapi bermain adalah pasien yang kondisinya sudah mulai membaik dan trombositnya sudah mengalami peningkatan.

Waktu pelaksanaan terapi bermain ini adalah jam 10 pagi setelah dilakukannya pengukuran tanda-tanda vital. Saat sesi pertama sekitar 20 menit, sesi kedua sekitar 7 menit, sesi ketiga sekitar 15 menit. Secara keseluruhan lamanya terapi bermain ini adalah 55 menit. Setelah ketiga sesi tersebut selesai, kelompok membagikan souvenir kepada peserta. Peserta dipanggil satu persatu berdasarkan pemenang dari lomba minum air mineral dan diberikan satu souvenir. Souvenir yang diberikan kepada peserta adalah gelas minum untuk menunjang agar anak banyak minum. Setelah dibagikan souvenir tersebut, leader memberikan pesan kepada peserta bahwa gelas minum tersebut digunakan untuk minum supaya cepat sembuh dan cepat pulang ke rumah.

Menurut saya, masih terdapat hambatan dalam proses terapi bermain ini, diantaranya:
1. Anak tidak fokus saat pertunjukan boneka tangan.
2. Anak tidak mau menyelesaikan permainan yang sedang berlangsung.
3. Anak kurang mau berinteraksi dengan orang lain selain orangtuanya dihadapan banyak orang.

Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Wong, Donna L. (2003). Clinical Manual of Pediatric Nursing. USA: Mosby.

Terapi Bermain

PENDAHULUAN
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat behwa anak yangf terlalu banyak bermain akan membuat menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak (noname, 2006).

A.PENGERTIAN BERMAIN
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadari.(wholey and Wong,1991). Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk memperoleh kesenangan.(Foster,1989). Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock) Jadi kesimpulannya bermain adalah cara untuk memperoleh kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

B. KATEGORI BERMAIN
1. Bermain aktif
Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri.
Contoh : bermain sepak bola.
2. Bermain pasif
Energi yang dikeluarkan sedikit,anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya melihat)
Contoh : memberikan support.

C. CIRI-CIRI BERMAIN
1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
2. Selalu ada timbal balik interaksi
3. Selalu dinamis
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu

D. KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT ISI
1. Socialaffective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan,misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang,dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
2. Sense of pleasure play
Anak memproleh kesenangan dari satu obyek yang ada disekitarnya,dengan bermain dapat merangsang perabaan alat,misalnya bermain air atau pasir.
3. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda.
4. Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu

MENURUT KARAKTERISTIK SOSIAL
1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang bermai disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Todler.
2. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak preischool
Contoh : bermain balok
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yangsma tetapi belum terorganisasi dengan baik,belum ada pembagian tugas,anak bermain sesukanya.
4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan terencana dan ada aturan tertentu. Bissanya dilakukanoleh anak usia sekolah Adolesen

E. FUNGSI BERMAIN
Anak dapat melangsungkan perkembangannya
1. PERKEMBANGAN SENSORI MOTORIK
Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu,misalnya meraih pensil.
2. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Membantu mengenal benda sekitar(warna,bentuk kegunaan)
3. KREATIFITAS
Mengembangkan kreatifitas mencoba ide baru misalnya menyusun balok.
4. PERKEMBANGAN SOSIAL
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari belajar dalam kelompok.
5. KESADARAN DIRI(SELF AWARENESS)
Bermain belajar memahami kemampuan diri kelemahan dan tingkah laku terhadap orang lain.
6. PERKEMBANGAN MORAL
Intraksi dengan orang lain bertingkah laku sesuai harapan teman menyesuaikan dengan aturan kelompok.
Contoh : dapat menerapkan kejujuran.
7. TERAPI
Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak misalnya : marah,takut,benci.
8. KOMUNIKASI
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi nak yang belum dapat mengatakan secara verbal, misalnya : melukis,menggambar,bermain peran.

F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN
1. Tahap perkembangan,tiap tahap mempunyai potensi/keterbatasan
2. Status kesehatan,anak sakit→ perkembangan psikomotor kognitif terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan → lokasi,negara,kultur.
5. Alat permainan → senang dapat menggunakan
6. Intelegensia dan status social ekonomi

G. TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN
1. Tahap eksplorasi
Merupkan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain,anak mulai masuk dalam tahap perminan.
3. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam perminan.
4. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Foster and Humsberger,1998,Family Centered Nursing Care of Children. WB sauders Company,Philadelpia USA.
Hurlock E B,1991,Perkembangan Anak Jilid I,Erlangga Jakarta.
Markum dkk,1990,Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak,IDI Jakarta.
Soetjiningsih,1995,Tumbuh Kembang Anak,EGC,Jakarta.

Whaley and Wong,1991,Nursing Care infants and children. Fourth Edition,Mosby Year Book,Toronto Canada.

Senin, 18 April 2016

LOGOTERAPI

1. Konsep Dasar Pandangan Frankl tentang Perilaku / Kepribadian
Pandangan Frankl tentang kesehatan psikologis menekankan pentingnya kemauan akan arti. Tentu saja ini merupakan kerangka, di dalamnya segala sesuatu yang lain diatur. Frankl berpendapat  manusia harus dapat menemukan makna hidupnya sendiri dan setelah menemukan lalu mencoba untuk memenuhinya. Bagi Frankl setiap kehidupan mempunyai makna, dan kehidupan itu adalah suatu tugas yang harus dijalani. Mencari makna dalam hidup inilah prinsip utama teori Frankl Logoterapi. Logoterapi memiliki tiga konsep dasar, yakni;

Ø  Kebebasan berkehendak (Freedom of Will)
Dalam pandangan logoterapi, manusia adalah mahluk yang istimewa karena mempunyai kebebasan.
Kebebasan yang dimaksud dalam freedom of will seperti:
- Kebebasan yang bertanggungjawab.
- Kebebasan untuk mengambil sikap (freedom to take a stand) atas kondisi-
   kondisi tersebut.
- Kebebasan untuk menentukan sendiri apa yang dianggap penting dalam 
   hidupnya.

Ø  Kehendak Hidup Bermakna (The Will to Meaning)
Konsep keinginan kepada makna (the will to meaning) inilah menjadi motivasi utama kepribadian manusia (Frankl, 1977). Dalam psikoanalisa memandang manusia adalah pencari kesenangan. Pandangan psikologi individual bahwa manusia adalah pencari kekuasaan. Menurut logoterapi bahwa kesenangan merupakan efek dari pemenuhan makna, sedangkan kekuasaan merupakan prasyarat bagi pemenuhan makna. Mengenal makna, menurut Frankl bersifat menarik dan menawari bukannya mendorong. Karena sifatnya menarik maka individu termotivasi untuk memenuhinya. Agar individu menjadi individu yang bermakna, maka melakukan berbagai kegiatan yang syarat dengan makna.

Ø  Makna Hidup (The Meaning Of Life)
Makna yaitu suatu hal yang didapat dari pengalaman hidupnya baik dalam keadaan senang maupun dalam penderitaan. Makna hidup dianggap identik dengan tujuan hidup. Makna hidup bisa berbeda antara satu dengan yang lainya dan berbeda setiap hari, bahkan setiap jam. Karena itu, yang penting secara umum bukan makna hidup, melainkan makna khusus dari hidup pada suatu saat tertentu. Setiap individu memiliki pekerjaan dan misi untuk menyelesaikan tugas khusus. Dalam kaitan dengan tugas tersebut dia tidak bisa digantikan dan hidupnya tidak bisa diulang. Karena itu, manusia memiliki tugas yang unik dan kesempatan unik untuk menyelesaikan tugasnya (Frankl, 2004).

2. Unsur-unsur Terapi
Munculnya gangguan / kecemasan
Saat individu tidak memiliki keinginan terhadap sesuatu (apapun), karena keinginan akan mendorong setiap manusia untuk melakukan berbagai kegiatan agar hidupnya di rasakan berarti dan berharga. Menurut Frankl (2004) terdapat dua tahapan pada sindroma ketidakbermaknaan, yaitu:

-Frustasi eksistensial (exsistential frustration) atau disebut juga kehampaan 
  eksistensial (exsistetial vacuum)
Menurut Koesworo,1992, exsistential frustration adalah fenomena umum yang berkaitan dengan keterhambatan atau kegagalan individu dalam memenuhi keinginan akan makna. 
-Neurosis noogenik (noogenic neuroses)
Yaitu suatu manifestasi khusus dari frustasi eksistensial yang ditandai dengan simptomatologi neurotik klinis tertentu yang tampak (Koesworo,1992). Frankl menggunakan istilah ini untuk membedakan dengan keadaan neurosis somatogenik, yaitu neurosis yang berakar pada kondisi fisiologis tertentu dan neurosis psikogenik yaitu neurosis yang bersumber pada konflik-konflik psikologis.


3. Teknik-teknik Terapi

A. 
Persuasif
Salah satu teknik yang digunakan dalam logoterapi adalah teknik persuasif, yaitu membantu klien untuk mengambil sikap yang lebih konstruktif dalam menghadapi kesulitannya.Frankl, menggambarkan hal ini dalam satu kasus tentang seorang perawat yang menderita tumor yang tidak dapat dioperasi dan mengalami keputusasaan karena ketidakmampuannya untuk bekerja dalam profesinya yang sangat terhormat.

B. 
Paradoxical-intention
Paradoxical intention pada dasarnya memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self-detachment) dan kemampuan mengambil sikap terhadap kondisi diri sendiri dan lingkungan.Paradoxical intention terutama cocok untuk pengobatan jangka pendek pasien fobia (ketakutan irrasional). Dengan teknik ini, konselor mengupayakan agar klien yang mengalami fobia mengubah sikap dari ‘takut’ menjadi ‘akrab’ dengan objek fobianya. Selain itu, teknik paradoxical intention sangat bermanfaat untuk menolong klien dengan obsesif kompulsif (tindakan yang terus-menerus dilakukan walaupun sadar hal itu tidak rasional).Antisipasi yang menakutkan terhadap suatu kejadian sering menyebabkan reaksi-reaksi yang berkembang dari peristiwa tersebut, misalnya pasien dengan obsesi yang kuat cenderung untuk menghindari obsesif-kompulsifnya. Dengan teknik paradoxical intention, mereka diajak untuk ‘berhenti melawan’, tetapi bahkan mencoba untuk ‘bercanda’ tentang gejala yang ada pada mereka, ternyata hasilnya adalah gejala tersebut akan berkurang dan menghilang. Klien diminta untuk berpikir atau membayangkan hal-hal yang tidak menyenangkan, menakutkan, atau memalukan baginya. Dengan cara ini klein mengembangkan kemampuan untuk melawan ketakutannya, seperti yang terdapat juga dalam terapi perilaku (behaviour therapy).

C. 
De-reflection
Teknik logoterapi lain adalah “de-reflection”, yaitu memanfaatkan kemampuan transendensi diri (self-transcendence) yang dimiliki setiap manusia dewasa. Setiap manusia dewasa memiliki kemampuan untuk membebaskan diri dan tidak lagi memperhatikan kondisi yang tidak nyaman, tetapi mampu mengalihkan dan mencurahkan perhatiannya kepada hal-hal yang positif dan bermanfaat.Di sini klien pertama-tama dibantu untuk menyadari kemampuan atau potensinya yang tidak digunakan atau terlupakan.Ini merupakan suatu jenis daya penarik terhadap nilai-nilai pasien yang terpendam. Sekali kemampuan tersebut dapat diungkapkan dalam proses konseling maka akan muncul suatu perasaan unik, berguna dan berharga dari dalam diri klien. De-reflection tampaknya sangat bermanfaat dalam konseling bagi klien dengan  pre-okupasi somatik, gangguan tidur, dan beberapa gangguan seksual, seperti impotensi dan frigiditas.

CONTOH KASUS

Harold seorang warga Australia berusia paruh baya yang kehidupannya dengan cepat berubah carut-marut diluar kontrol seperti seorang pemabuk. Masalah keuangan/ekonomi tidak didukung oleh sejumlah biaya yang dihabiskan untuk minum dan pengaruh beban pekerjaan (stress). Simpati istrinya berkurang disamping ia juga punya masalah tidur tengah malam. Dia pulang untuk menemui Chris Wurm, seorang GP ahli Logotherapi. Wurm mengkombinasikan pendekatan medis sebagai contoh pemberian informasi terhadap bahaya minuman-minuman juga dilakukan dengan logotherapi. Roda kehidupan Harol kembali bergulir, liku-liku sisi alkohol dari kehidupannya dan tak bisa dihindari. Werm berkata “ bahwa memungkin untuk memikirkan apayang dia ketahui dan dapat menentukan pilihan dan menjalani kehidupan dengan berbagai cara (penekanan logotherapi dapat dipertanggung jawabkan). Cerminan dari suatu pilihan yang membawa perubahan baginya (ini adalah orientasi terhadap makna penghayatan dan nilai - nilai terakhir yang bisa ditemuinya, nilai – nilai bersikap), dan terdapat gambaran masa masa mendatang. Perannya sangat menentukan dan menjadi efektif, setiap kali ia memandang betapa akal piciknya menjadi bumerang (api dalam sekam).

Jumat, 25 Maret 2016

CONTOH KASUS PSIKOTERAPI

SEBUAH KASUS FOBIA SPESIFIK

Lulus ujian adalah titik balik penting dalam hidup carla, tetapi memberinya perasaan ngeri kalau ia berpikir tentang harus memasuki gedung pengadilan negeri. Ia tidak takut bila harus menghadapi hakim yang hostile atau kalah dalam pembelaannya, tetapi karena harus menaiki tangga ke lantai dua dimana ruang-ruang pengadilan berada. Carla, 27 tahun menderita acrophobia atau takut ketinggian. “Lucu jika anda mau tahu,” Carla berkata pada terapisnya. “Saya tidak punya masalah untuk terbang atau melihat keluar jendela pesawat terbang pada ketinggian 30000 kaki. Tetapi escalator di mall  membuat saya berdegup-degup.  Pokoknya setiap situasi di mana saya bisa jatuh, seperti misalnya balkon.”


Orang dengan gangguan-gangguan kecemasan berusaha untuk menghindari situasi atau objek yang mereka takuti. Carla meneliti dulu gedung pengadilan sebelum ia dijadwalkan untuk tampil. Ia merasa sangat lega karena ada elevator di bagian belakang gedung pengadilan yang dapat ia gunakan sehingga ia tidak harus naik tangga.

PSIKOTERAPI

1. PENGANTAR
A. PENGERTIAN PSIKOTERAPI
Dilihat secara etimologis psikoterapi mempunyai arti sederhana, yakni “psyche” yang artinya jelas yaitu “mind” atau sederhananya: jiwa dan “therapy” mengasuh, sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah “perawatan terhadap aspek kejiwaan” seseorang.
Pengertian psikoterapi menurut beberapa tokoh:,
  1. Corsini (1989) Psikoterapi adalah proses formal dari interaksi antara dua pihak, setiap pihak biasanya terdiri dari satu oran, tetapi ada kemungkinan terdiri dari dua orang atau lebih pada setiap pihak, dengan tujuan memperbaiki keadaan yyang tidak menyenangkan (distress) pada salah satu dari kedua pihak karena ketidakmampuan atau malafungsi pada salah satu dari bidang-bidang berikut: fungsi kognitif (kelainan pada fungsi berfikir), fungsi afektif (penderitaan atau kehidupan emosi yang tidak menyenangkan) atau fungsi perilaku (ketidaktepatan perilaku); dengan terapis yang memiliki teori tentang asal-usul kepribadian, perkembangan, mempertahankan dan mengubah bersama-sama dengan beberapa metode perawatan yang mempunyai dasar teori dan profesinya diakui resmi untuk bertindak sebagai terapis.
  2. Ivey & Simek-Downing (1980) Psikoterapi adalah proses jangka panjang, berhubungan dengan upaya merekonstruksi seseorang dan perubahan yang lebih besar pada struktur kepribadian.
Menurut pendapat beberapa para ahli diatas, dapat disimpulkan pengertian psikoterapi adalah proses perawatan atau penyembuhan penyakit kejiwaan melalui teknik dan metode psikologi, dimana adanya interaksi antara dua orang yang disebut terapis dan pasien.

B. TUJUAN PSIKOTERAPI
Berikut ini akan diuraikan mengenai tujuan dari psikoterapi secara khusus dari beberapa metode dan teknik psikoterapi yang banyak peminatnya, dari dua oran tokoh yakni Ivey, et al (1987) dan Corey (1991):
  1. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik, menurut Ivey, et al (1987): membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
  2. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisi, menurut Corey (1991): membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.
  3. Tujuan psikoterapi pada pendekatan terpusat pada pribadi, menurut Corey (1991): untuk memberikan suasana aman, bebas, agar klien mengeksplorasi diri dengan enak, sehingga ia bisa mengenai hal-hal yang mencegah pertumbuhannya dan bisa mengalami aspek-aspek pada dirinya yang sebelumnya ditolak atau terhambat.
  4. Sehubung dengan terapi behavioristik ini, Ivey, et al (1987) menjelaskan mengenai tujuan pada terapi kognitif-behavioristik, yakni: menghilangkan cara berfikir yang menyalahkan diri sendiri, mengembangkan cara memandang lebih rasional dan toleran terhadap diri sendiri dan orang lain.
  5. Corey (1991) merumuskan mengenai kognitif-behavioristik dan sekaligus rasional-emotif terapi dengan: menghilangkan cara memandang dalam kehidupan pasien yang menyalahkan diri sendiri dan membantunya memperoleh pandangan dalam hidup secara rasional dan toleran.
Dapat disimpulkan bahwa beberapa tujuan psikoterapi antara lain :
  1. Perawatan akut (intervensi krisis dan stabilisasi)
  2. Rehabilitasi (memperbaiki gangguan perilaku berat)
  3. Pemeliharaan (pencegahan keadaan memburuk dijangka panjang)
  4. Restrukturisasi (meningkatkan perubahan yang terus menerus kepada pasien).
C. UNSUR-UNSUR PSIKOTERAPI
Masserman (Karasu 1984) telah melaporkan tujuh “parameter pengaruh” dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi. Dalam hal ini termasuk :
  1. Peran sosial (martabat) psikoterapis,
  2. Hubungan (persekutuan terapeutik),
  3. Hak,
  4. Retrospeksi,
  5. Re-edukasi,
  6. Rehabilitasi,
  7. Resosialisasi dan rekapitulasi.
Unsur – unsur psikoterapeutik dapat dipilih untuk masing-masing pasien dan dimodifikasi dengan berlanjutnya terapi. Ciri-ciri ini dapat diubah dengan berubahnya tujuan terapeutik, keadaan mental dan kebutuuhan pasien.

D. PERBEDAAN ANTARA PSIKOTERAPI DAN KONSELING
  1. Psikoterapi : Hubungan antar perorangan yang berlangsung lama, terfokus pada proses ketidaksadaran dan perubahan struktur kepribadian, solusi tidak dapat diperoleh secara langsung melainkan melalui proses pemahaman diri yang intensif terhadap dinamika masalah kehidupan. Psikoterapi lebih rekonstruktif, konfrontatif, berorientasi tak sadar, dan berjangka panjang.
  2. Konseling  : ialah proses dimana klien diberikan kesempatan untuk mendalami hal yang menyita perhatiannya, sehingga kesadaran klien meningkat dan juga terbuka jadi lebih banyak kemungkinan pilihan yang bisa diambil, berfokus kepada permasalahan tertentu, membantu individu mengatasi hambatan untuk perkembangan saja. Konseling lebih edukatif, sportif, berorientasi, sadar, dan berjangka pendek.
E. PENDEKATAN TERHADAP MENTAL ILLNES
Pendekatan psikoterapi terhadap mental illness menurut J.P. Chaplin, yaitu:
  1. Biological
    Meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.
  2. Psychological
    Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
  3. Sosiological
    Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
  4. Philosophic
    Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.
2. TERAPI PSIKOANALISIS
A. KONSEP DASAR PSIKOANALISIS TENTANG KEPRIBADIAN
Psikoanalisis (Hjelle & Ziegler, 1992) :
-teori mengenai kepribadian & psikopatologi
-metode terapi untuk gangguan kepribadian
-teknik untuk menyelidiki pikiran2 & perasaan2 individu yang tidak disadari


Prinsip & Konsep Dasar :
-organisasi kepribadian --- 3 level kesadaran (counscious) : consciouspreconscious &unconscious
-struktur kepribadian --- id, ego, super ego,
-dasar motivasi --- dorongan instinktual --- tension release
-konflik, kecemasan, tipe kecemasan : realitas, neurotik, moral.
-mekanisme pertahanan ego : represi, proyeksi, displacement, rasionalisasi, reaksi formasi,           regresi, sublimasi, denial,
-Perkembangan kepribadian ---- tahap perkembangan psikoseksual : oral, anal, phallic, latency, genital,

Gangguan mental :
1. Konflik intrapsikis yang tidak terpecahkan
simptom --- gambaran sebagian usaha penanganan konflik
2. Konflik intrapsikis yang sebagian besar tidak disadari & ada hubungan dengan masa lalu / masa kecil

B. UNSUR-UNSUR TERAPI PSIKOANALISIS
TERAPI
Tujuan :
Membentuk kembali struktur kepribadian dengan :
- to make unconscious --- conscious
- meningkatkan kontrol ego (ego strength)
- mengetahui / menyadari masa kecil --- diketahui kapan awal gangguan
efektif --- dalam hubungan interpersonal, dalam menangani kecemasan secara realistis, dalam memperoleh kendali atas perilaku yang impulsif & rasional
Peran terapis :
Psikoanalis ---- menafsirkan/menginterpretasi & menganalisis

C. TEKNIK-TEKNIK TEORI PSIKOANALISIS
Teknik-teknik :
1. Free association
 Salah satu alat untuk “open the door” ke : keinginan, fantasi, pikiran, perasaan, konflik, motivasi yang tidak disadari
 Prosedur :
- pasien rileks duduk / berbaring di sofa (“couch”)
- mengatakan apapun yang ada di pikiran (tanpa sensor)
(diinterpretasi sbg ekspresi simbolik dari pikiran2 & perasaan2 yg direpres)
 Tugas terapis :
Mendengarkan, mencatat, menganalisis /menginterpretasi bahan yang direpres, memberitahu / membimbing pasien memperoleh insight (dinamika yang mendasari perilaku yang tidak disadari)

2. Interpretation of resistance
Segala sesuatu yang menghambat klien mengeluarkan bahan2 yg tidak disadari
 merupakan dinamika yang disadari & usaha melindungi diri dari kecemasan yang tidak ditolerir (-- melakukan MPE)
 Tugas terapis :
Memberitahu & membantu pasien menyadari sebab2 adanya resisten sehingga akan dapat menghadapinya
3. Dream analysis
 Mimpi - “royal road” to the unconscious
- membuka bahan2 (keinginan, dorongan) / masalah2 yg tidak disadari
- sebagai “symbolic wishfulfillment
Proses :
- tidur -- MPE (terutama represi) lemah --- dalam mimpi : muncul ke permukaan /   keluar halus (simbol) --- diceritakan
Dream work :
Kerja ego yg melakukan transformasi dari Latent  Content (LC) ke Manifest Content (MC) / kerja otak manusia utk mengubah LC ke MC didalam mimpi
      LC ----- Mimpi ----- MC
MC :  Manifest Content (hal2 yang diceritakan
LC  :  Latent Content (hal2 yang ada di sebaliknya / inti
 Yang diingat /diinterpretasi biasanya yang ekstrim – tidak semua diinterpretasi
4. Analysis of transference
Pasien “displace” perasaan2 (love/hate) terhadap significant other (seringkali orang tua), kepada terapis
Terjadi ketika muncul konflik/ kebutuhan /dorongan masa lalu (cinta, benci, seksualitas, penolakan) & dibawa  ke masa sekarang (terhadap terapis)
 Tugas terapis :
- menginterpretasi/menganalisis,
- membuat pasien memperoleh insight (dapat membedakan fantasi – realitas, masa lalu –  sekarang, menyadari dorongan2 yang tidak disadarinya)
- membantu pasien mengatasi konflik2 lama yang menghambat dirinya (mampu : mengatasi mispersepsi, mis-interpretasi, mengevaluasi kecemasan / dorongan yang tidak realistik, membuat keputusan yang realistik & matang)
  counter transference ---- ?

5.The other psychopathology of everydar life
  Humor
  Instink  dorongan agresif & seksual
  Slip of the tongue

6. Emotional reeducation
Meningkatkan kemampuan pasien dalam memperoleh insight mengenai penyebab perilakunya / di kehidupan sehari2 (dari berbagai teknik)

REFERENSI :
Gunarsa, Singgih D. 1996. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : BPK Gunung Mulia.


Minggu, 03 Januari 2016

PSIKOLOGI KONSUMEN TUGAS IV

Komunikasi dalam Manajemen

1.      Pengertian Komunikasi
Meurut Kozier dan Erb (dalam Nugroho, 2009) komunikasi adalah pertukaran informasi antar dua orang atau lebih, atau pertukaran ide, perasaan, dan pikiran. Pendapat lain dikemukakan oleh Gode (dalam Wiryanto, 2004) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses yang membuat kebersamaan bagi dua orang atau lebih yang semula monopoli oleh satu atau beberapa orang. Trenholm dan Jensen (dalam Wiryanto, 2004) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran. Hoveland (dalam Wiryanto, 2004) mengatakan komunikasi adalah proses dimana individu mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang lain.
Dari definisi beberapa tokoh di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi adalah pertukaran informasi antara dua orang atau lebih yang membuat kebersamaan bagi dua orang atau lebih yang semula monopoli oleh satu atau beberapa orang dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran untuk mengubah perilaku individu yang lain.
2.      Proses Komunikasi
Wiryanto mengemukakan bahwa proses komunikasi merupakan aktivitas mendasar bagi manusia sebagai makhluk sosial. Setiap proses komunikasi diawali dengan adanya stimulus yang masuk pada diri individu yang di tangkap melalui panca indera. Stimulus diolah di otak dengan pengetahuan, pengalaman, selera dan iman yang dimiliki individu. Stimulus tersebut mengalami proses intelektual menjadi informasi. Adapun informasi yang telah dikomunikasikan disebut sebagai pesan.
3.      Hambatan Komunikasi
Menurut Robbins (dalam Haryadi, 2009) ada 4 hambatan komunikasi, yaitu :
a.       Perbedaan Bahasa dan Persepsi
Bahasa sangat penting dalam komunikasi, bahasa bertujuan untuk menyamakan persepsi dan mentransfer informasi.
b.      Gangguan Komunikasi
Ada 2 macam gangguan komunikasi, yaitu:
1)       Gangguan emosional, yaitu Pesan akan sulit disamapaikan dalam keadaan kecewa, marah, atau takut. Hal ini lah yang menyebabkan gagasan dan perasaan sering menyulitkan dalam bersikap objektif.
2)      Gangguan fisik, yaitu hubungan yang buruk, akustik yang jelek, dan tulisan yang tidak dapat dibaca. Walaupun gangguan ini terlihat sepele namun dapat menghambat pesan yang sebenarnya efektif.
c.       Overload Informasi
Yaitu hambatan yang ada karena terlalu banyak informasi yang didapat, komunikasi dapat terganggu karena materi dari informasi tersebut sangat rumit dan controversial.
d.      Penyaringan Informasi yang tidak Tepat
Menyaring informasi dapat mempengaruhi jumlah dan mutu informasi yang diteruskan, dan tentunya akan memengaruhi komunikasi efektif yang di harapkan.
v  Definisi Komunikasi Intrapersonal Efektif dalam Organisasi yang Mencakup Componential dan Situasional
1.      Componential
Menjelaskan komunikasi antar pribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya, dalam hal ini adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik dengan segera.
2.      Situasional
Interaksi tatap muka antara dua orang dengan potensi umpan balik langsung dengan situasi yang mendukung disekitarnya.

v Model Pengolahan Informasi
1.      Rational
Model ini berasumsi bahwa orang beroperasi dalam mode pengolahan dikontrol menggunakan prosedur analitis
2.      Limited Capacity
Model ini menunjukkan bagaimana orang menyederhanakan pengolahan informasi
3.      Expert
Model ini bergantung pada model Limited Capacity
4.      Cybernetic
Model ini berpendapat bahwa informasi diproses dari waktu ke waktu.

v  Model Interaktif Manajemen
1.      Confidence
Dalam manajemen timbulnya suatu interaksi karena adanya rasa nyaman. Kenyamanan tersebut dapat membuat suatu organisasi bertahan lama dan menimbulkan suatu kepercayaan dan pengertian.
2.      Immediacy
Ini adalah model organisasi yang membuat suatu organisasi tersebut menjadi segar dan tidak membosankan
3.      Interaction management
Adanya berbagai interaksi dalam manajemen seperti mendengarkan dan juga menjelaskan kepada berbagai pihak yang bersangkutan
4.      Expressiveness
Mengembangkan suatu komitmen dalam suatu organisasi dengan berbagai macam ekspresi perilaku.
5.      Other-orientation
Dalam hal ini suatu manajemen organisasi berorientasi pada pegawai.




Sumber:
Haris, T, E. (2002). Applied organizational communication. New York: Psychology Press
Haryadi, H. (2009). Administrasi perkantoran untuk manajer & staff. Jakarta: Transmedia Pustaka
Nugroho, W. (2009). Komunikasi dalam keperawatan gerontik. Jakarta: EGC.
Suranto. (2011). Komunikasi interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu
Wiryanto. (2004). Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: Grasindo.